Menggeliatnya pasar batik tulis di dalam negeri ternyata belum berpihak pada pelukis batik. Seperti yang dialami Darminto (46) pelukis batik asal Mendiro Gulurejo Lendah ini misalnya.Meski telah memulai usaha karya seni lukis batik sejak 1992 silam, hingga kini pasarannya di dalam negeri tak kunjung membaik. Justru selama ini ia selalu bergantung pada pasar asing, baik melalui Bali maupun langsung kepada buyer (pembeli, red) asing seperti Italia dan beberapa negara Eropa lainnya.
Namun order langsung dari buyer ternyata sangat rumit dan banyak kendala. Bahkan ia sempat merugi besar lantaran order dari Italia sebanyak 200 buah lukisan batik yang dikirimkannya, 70% ditolak karena dianggap cacat.
Sulitnya mengembangkan pasar batik lukis di dalam negeri, menurut Darminto,karena selama ini batik lukis tidak dianggap sebagai produk batik. Hal itu membuat produk batik lukis tidak pernah dilibatkan dalam berbagai kegiatan bisnis batik tulis di tanah air, sehingga batik lukis tidak pernah muncul ke permukaan.
“Saya berharap baik pemerintah maupun pelaku bisnis batik tulis di tanah air berkenan megikutsertakan produk batik lukis dalam semua momen bisnis agar dapat berkembang” kata Darminto.
Dibantu 20 karyawan, Darminto mampu memproduksi sekitar 40 buah lukisan batik setiap harinya. Namun khusus pada pembuatan pola dan proses pewarnaan, Darmanto sendiri yang menangani. Lukisan batik karya darminto kebanyakan bermotif pemandangan alam, hewan, bunga-bunga dengan alisan surealis maupun primitif. Lukisan batik ini rata-rata dijual pada kisaran harga 45 ribu rupiah hingga 200 ribu rupiah per
Info Terkait - karya seni
No comments:
Post a Comment